BENGKALIS | Metrotempo.co – Pemerintah Kabupaten Bengkalis laksanakan pagelaran seni budaya Bengkalis Bermasa, sempena hari jadi Bengkalis ke-511 tahun 2023, Sabtu malam, (22/7/2023) di lapangan Tugu.
Sebanyak 11 paguyuban dari berbagai suku dan etnis akan tampil secara bergiliran dalam memeriahkan Hari Jadi Bengkalis ke-511 yang akan berlangsung selama empat malam di Lapangan Tugu Bengkalis. Untuk malam pertama tampil ada tiga suku yakni Suku Melayu, Suku Akid dan Suku Bugis.
Sanggar Kecubong Puteh di bawah Asuhan dan pimpinan ibu Ria Noviana yang Akrab disapa Umi Qaireen dan anak anak asuhannya, ikut ambil bagian, dalam memeriahkan Hari Jadi Bengkalis yang ke 511, dilaksanakan di lapangan Tugu Bengkalis.
Dengan mempersembahkan lagu Gunung Banang yang dinyanyikan oleh anak asuhan umi Qaireen dipadukan dengan tarian Zapin oleh 6 orang penari, 2 putra dan 4 putri, dan diiringi musik tradisional ciri khas Melayu, Gambus dan Maruas yang dimainkan oleh 7 orang pemusik anak – anak sanggar Kecubong puteh.
Sanggar Kecubung Puteh beralamat di jl. Assslam desa Kelapa Pati ini, mempersembahkan suatu kolobrasi antara perpaduan musik, lagu, dan tari ciri khas tradisional Melayu, dan mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para undangan dan masyarakat yang hadir.
Umi Qaireen ketika ditemui awak media mengatakan bahwa group sanggar Kecubong puteh ini didirikan berdasarkan rasa kebersamaan bakat dan tekad dengan Niat ingin Melestarikan dan Mempertahan seni budaya Tradisional.
“Sanggar Kecubong Puteh merupakan warisan dari para leluhur, khususnya budaya Melayu Bengkalis Riau. Agar tidak hilang di telan Zaman di era modern ini dan kemajuan teknologi yang semakin canggih”, ucap Umi Qaireen.
Pada kesempatan ini, Umi Qaireen juga berharap kepada pemkab Bengkalis melalui Dinas yang terkait, agar lebih memperhatikan dan melakukan pembinaan terhadap para Sanggar-sanggar seni budaya Tradisional Tempatan.
“Kami berharap kepada Pemkab Bengkalis lebih memperhatikan sanggar-sanggar budaya lokal, yang mau mempertahan dan melestarikan budaya Tradisional sebagai kearifan lokal yang tetap dilestarikan”, tutup Umi Qaireen. (ZN.RN)