BENGKALIS | Metrotempo.co – PT Kilang Pertamina Internasional Unit II Sungai Pakning hadir dalam mendukung kemandirian ekonomi masyarakat pesisir melalui program CSR nya sebagai wujud nyata kepedulian perusahaan terhadap keberlanjutan sektor perikanan, Perusahaan menggelar dua kegiatan pelatihan penting bagi kelompok pembudidaya ikan di Desa Pakning Asal, Desa Sejangat dan Desa Lubuk Muda, Kabupaten Bengkalis, (3/9/2025).
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini dibuka langsung oleh Supervisor General Affair PT KPI RU II Sungai Pakning dan turut dihadiri oleh Kepala Desa Sejangat, Rachmat Iwandi, SH, serta Kepala Desa Lubuk Muda, Ahmad Tatang, S.Pd. Sebanyak 41 peserta, yang terdiri dari anggota Kelompok Usaha Ikan Air Tawar Mandiri (KUI ATM), FILAGAM Tirta Muda, dan perwakilan masyarakat umum, mengikuti pelatihan dengan penuh antusias.
“Harapan kami, pelatihan ini menjadi titik awal bagi terbentuknya kelompok perikanan yang tangguh, inovatif, dan mandiri, sehingga masyarakat pesisir Bengkalis dapat merasakan dampak nyata dari keberadaan industri di wilayah mereka,” ujar Supervisor General Affair PT KPI RU II dalam sambutannya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Sejangat, Rachmat Iwandi, SH, menyampaikan apresiasi kepada PT KPI RU II atas kontribusi yang konsisten dalam memberdayakan masyarakat Desa.
“Program ini bukan hanya memberi ilmu, tetapi membuka peluang usaha baru yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat kami. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut agar masyarakat dan kelompok pembudidaya semakin mandiri,” tuturnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Desa Lubuk Muda, Ahmad Tatang, S.Pd, yang menilai pelatihan ini menjadi jawaban atas tantangan ekonomi desa berbasis perikanan.
Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Mandiri
Pelatihan pertama berfokus pada pembuatan pakan ikan mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal seperti ampas tahu, dedak, dan tepung ikan. Dr. Indra Suharman, SPi, MSc, dosen perikanan Universitas Riau yang menjadi narasumber, menekankan pentingnya kemandirian pakan untuk menekan biaya operasional pembudidaya.
“Ketergantungan pada pakan komersial menjadi tantangan serius bagi pembudidaya ikan. Melalui inovasi pakan berbahan lokal, diharapkan tidak hanya mengurangi biaya produksi tetapi juga menciptakan nilai tambah dari potensi yang tersedia di sekitar masyarakat,” ungkap Dr. Indra.
Peserta tidak hanya diberikan materi teoritis, tetapi juga diajak langsung mempraktikkan proses pembuatan pakan terapung berkualitas. Hasil pakan buatan tersebut diuji untuk memastikan daya apung, kepadatan, serta kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan nila, gurame, maupun patin.
Pelatihan Budidaya Bioflok dan Perikanan Air Tawar
Sementara itu, pelatihan lanjutan mengenai budidaya ikan dengan metode bioflok dan budidaya perikanan di lahan gambut difokuskan pada peningkatan keterampilan teknis peserta. Heri Masjudi, SPi, MSi, narasumber dalam sesi ini, menjelaskan detail mengenai manajemen kualitas air, pengendalian mikroorganisme, serta teknik adaptasi teknologi bioflok pada kondisi tanah gambut.
Para peserta juga berkesempatan melakukan kunjungan lapangan untuk mengamati penerapan teknologi bioflok secara langsung. Mereka belajar mengenai pengaturan aerasi, pemberian probiotik, serta strategi pemeliharaan ikan agar pertumbuhan optimal dan tingkat kematian dapat ditekan seminimal mungkin.
“Dengan sistem bioflok, efisiensi pakan dapat meningkat hingga 30 persen, sementara kualitas air lebih terjaga karena peran mikroorganisme yang membantu daur ulang limbah organik. Ini sangat relevan untuk diaplikasikan di Bengkalis yang sebagian besar wilayahnya merupakan lahan gambut,” jelas Heri.
Dengan terselenggaranya pelatihan ini, PT KPI RU II Sungai Pakning berharap adanya pengembangan sektor perikanan masyarakat sehingga pelatihan ini diyakini mampu mendorong kemandirian, mengurangi beban biaya produksi, dan menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan. Rls/tonagian







